Thursday, September 3, 2009

LAILATUL QADAR

Di sepuluh hari terakhir ini Allah juga menjanjikan bagi hamba-hamba-Nya akan Lailatul Qadar yang nilainya sama dengan 1.000 bulan atau 83,333 tahun.
Lailatul Qadar adalah malam istimewa dan urgen dalam menentukan kebahagiaan seseorang. Lailatul Qadar adalah oasis di padang pasir yang sangat gersang. Lailatul Qadar menyimpan energi yang amat dahsyat dimana energi ini bisa mengubah jiwa yang gersang menjadi sosok teduh dan menyejukkan, mengubah jiwa yang rapuh menjadi pribadi yang tangguh dalam menghadapi persoalan hidup, mengubah seorang yang selalu gelisah menjadi sosok sejuk yang diliputi oleh kesabaran, mengubah seorang hamba yang berlumuran dosa dan kesalahan menjadi insan suci bersih bagaikan seorang bayi yang baru terlahir dari rahim sang ibu.
Waktu Lailatul Qadar
1. Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-21
Abu Sa'id Al Khudri r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. beriktikaf pada sepuluh hari di tengah bulan Ramadhan sampai pada malam ke-21, yaitu malam yang ketika itu Rasulullah saw. selesai dari iktikafnya. Keesokan paginya beliau bersabda, “Barang siapa yang telah beriktikaf denganku hendaklah ia beriktikaf (tahun yang akan datang) pada sepuluh malam terakhir. Pada waktu itu aku pernah diperlihatkan Lailatul Qadar, lalu aku lupa pada malam yang keberapa. Hanya saja, pada waktu itu, pagi-paginya aku ingat bahwa aku sujud pada air dan tanah lumpur. Maka, carilah pada sepuluh malam terakhir dan carilah pada malam-malam yang ganjil.” Pada malam itu (Lailatul Qadar yang Rasulullah lupa) turun hujan. Adapun masjid pada waktu itu berlantaikan tanah dan tergenang air. Kata Abu Sa'id, “Aku melihat pada kening Rasulullah saw. ada bekas lumpur pada pagi hari tanggal 21 Ramadhan.” (H.R. Muslim)
2. Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-23
Abdullah bin Unais r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Pernah diperlihatkan kepadaku malam Lailatul Qadar, tapi aku melupakannya. Waktu itu, shubuhnya aku sujud di lantai berlumpur.” Abdullah bin Unais berkata lagi, “Pada malam ke-23 itu turun hujan dan Rasulullah saw. shalat bersama kami. Pagi harinya Rasulullah saw. meninggalkan kami, terlihat pada kening dan hidung Rasulullah saw. ada bekas lumpur.” (H.R. Muslim)
3. Lailatul Qadar terjadi pada malam ke-25, atau ke-27, atau ke-29
Sesungguhnya Rasulullah saw. keluar rumahnya untuk memberitahu kami tentang Lailatul Qadar. Ketika itu ada dua orang yang sedang bertengkar dari kaum Muslimin. Beliau berkata, “Aku datang kepada kalian hendak mengabarkan tentang Lailatul Qadar, tapi ada dua orang yang sedang bertengkar sehingga informasi itu dihilangkan dariku. Barangkali itu lebih baik bagi kalian. Maka, carilah pada malam ke-27, atau ke-29 atau ke-25.” (H.R. Bukhari)
4. Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-27
Ubay bin Ka’ab berkata, “Demi Allah, aku mengetahui Lailatul Qadar. Yang paling kuketahui bahwa Lailatul Qadar itu adalah malam yang Rasulullah saw. memerintahkan kita untuk qiyam, yaitu malam yang ke-27 Ramadhan.” (H.R. Muslim)
Dari Abdullah bin Abbas diceritakan bahwa seorang lelaki datang kepada Rasulullah saw. kemudian berkata, “Saya seorang kakek lemah yang sulit sekali melakukan qiyam. Beritahulah aku malam yang bertepatan dengan Lailatul Qadar!” Rasulullah saw. bersabda, “Lakukanlah qiyam pada malam ke-27 Ramadhan.” (H.R. Ahmad)
5. Lailatul Qadar terjadi pada tujuh malam terakhir
Diceritakan dari Ibnu Umar r.a. bahwa seorang sahabat Rasulullah saw. mendapat kesempatan mengalami Lailatul Qadar berupa mimpi pada tujuh malam terakhir bulan Ramadhan. Ketika itu, Rasulullah saw. langsung bersabda, “Mimpi kalian tepat pada tujuh malam terakhir. Barang siapa yang ingin mencarinya, maka carilah pada tujuh malam terakhir bulan Ramadhan.” (H.R. Muslim)
6. Lailatul Qadar terjadi pada malam-malam ganjil sepuluh malam terakhir
Dari Aisyah r.a., Rasulullah saw. bersabda, “Carilah Lailatul Qadar pada malam-malam ganjil sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan.” (H.R. Bukhari)
7. Lailatul Qadar terjadi pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, baik malam ganjil maupun genap
Rasulullah saw. bersabda, “Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan.” (H.R. Muslim)
Allah Swt. tidak menentukan secara pasti kapan tepatnya Lailatul Qadar. Hal ini mempunyai hikmah yang sangat dalam, yaitu agar setiap Muslim bersungguh-sungguh dalam beribadah, shalat, berdzikir, beristighfar, berdoa, dan membaca Al Qur'an pada sepuluh malam terakhir Ramadhan. Jika Lailatul Qadar ditentukan dengan pasti, pastilah orang-orang hanya beribadah pada malam itu saja dan bermalas-malasan pada malam-malam yang lainnya.

Ciri-Ciri Lailatul Qadar
1. Pada pagi harinya, matahari bersinar dengan redup, tidak terlalu panas
Dari Zura r.a, ia mendengar Ubay bin Ka'ab menyampaikan bahwa Ibnu Mas'ud berkata, “Barang siapa yang pada bulan Ramadhan tahun ini qiyâmullail setiap malam, pasti ia mendapatkan Lailatul Qadar.” Ubay berkata, “Demi Dzat yang tidak ada Tuhan selain Dia, sesungguhnya Lailatul Qadar itu terjadi pada bulan Ramadhan. Demi Allah, aku tahu bahwa Lailatul Qadar itu adalah malam yang Rasulullah memerintahkan qiyâmullail pada malamnya, yaitu malam ke-27, yang ketika paginya matahari bersinar dengan sinar putih, tidak dengan cahaya yang menyilaukan.” (H.R. Muslim)
2. Langit cerah, bulan muncul separo, bintang-bintang bermunculan dan tampak jelas
Abu Hurairah r.a. berkata, “Kami berdiskusi tentang Lailatul Qadar di depan Rasulullah saw., kemudian beliau berkata, ‘Siapa di antara kalian yang ingat bahwa Lailatul Qadar itu adalah malam yang ketika itu muncul bulan dalam keadaan separo?’.” (H.R. Muslim)
Imam Nawawi mengomentari hadits ini. Ia berkata, “Bulan muncul dalam keadaan separo menandakan bahwa Lailatul Qadar itu terjadi pada akhir bulan. Bulan tidak akan tampak dalam keadaan separo, kecuali pada akhir bulan.”
3. Cuaca sedang, tidak panas dan tidak dingin
Dari Jabir bin Abdullah, Rasulullah saw. bersabda, “Aku pernah diperlihatkan Lailatul Qadar, lalu aku dijadikan-Nya lupa. Lailatul Qadar itu terjadi pada sepuluh malam terakhir. Lailatul Qadar itu malam yang segar dan cerah, tidak panas dan tidak dingin.” Dalam riwayat Az Zayadi ditambahkan, “Pada malam itu bulan dan bintang-bintang terlihat dengan jelas.”
4. Malamnya turun hujan
Abu Sa'id Al Khudri r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. (setahun sebelumnya) beriktikaf pada sepuluh hari di tengah bulan Ramadhan sampai pada malam ke-21, yaitu malam yang ketika itu Rasulullah saw. selesai dari iktikafnya. Pada pagi harinya, beliau bersabda, “Barang siapa yang telah beriktikaf denganku, hendaklah ia beriktikaf (tahun yang akan datang) pada sepuluh malam terakhir. Pada waktu itu, aku pernah diperlihatkan Lailatul Qadar, tapi aku lupa pada malam yang keberapa. Hanya saja, pada waktu itu, pagi-paginya aku ingat bahwa aku sujud pada air dan tanah lumpur. Maka, carilah malam tersebut pada sepuluh malam terakhir dan pada malam-malam yang ganjil. Pada malam itu (Lailatul Qadar yang Rasulullah lupa) turun hujan. Pada waktu itu, masjid berlantaikan tanah dan tergenang air.” Kata Abu Sa'id, “Pagi hari ke-21 Ramadhan, aku melihat ada bekas lumpur pada kening Rasulullah saw.” (H.R. Muslim)
Ada beberapa ciri Lailatul Qadar yang disebutkan oleh Imam Baihaqi dan Imam Thabari. Akan tetapi, ciri-ciri ini tidak terdapat di dalam hadits atau keterangan yang dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut.
1. Pohon-pohon merunduk hingga sampai ke bumi, lalu pagi harinya kembali pada posisi semula.
2. Air laut pada pagi harinya berubah menjadi tawar, lalu siangnya berubah lagi menjadi asin.
3. Pada Lailatul Qadar, anjing tidak ada yang melolong.
4. Malaikat turun dan memberikan salam kepada orang yang sedang beribadah.[]

No comments:

Post a Comment

LEt's pLAy thE gAme!!''Super Mario''